Banyak Jalan Menuju Kebaikan
BANYAK JALAN MENUJU KEBAIKAN
Lalu, apakah benar begitu ?
Mari kita lihat, sebuah sebab yang paling banyak
mengakibatkan hal ini terjadi. Mari kita periksa, barangkali hal ini juga
terdapat pada diri kita.
Anggapan bahwa kebaikan itu sulit, sangat sering disebabkan
oleh kesalahan dalam melihat kebaikan. Kebanyakan manusia bukan melihat
kebaikan dari kaca mata Islam. Mereka lebih sering melihat kebaikan dari kaca
mata materi, status atau kekuasaan.
Contoh kasusnya bagaimana ?
“ Dia wajar bisa berbuat baik, karena dia memiliki harta yang
banyak. Dia wajar bisa berbuat baik karena dia orang berpengaruh. Dia wajar
bisa berbuat baik, karena dia adalah seorang bangsawan, kepala perusahaan,
kepala pemerintahan.”
“ Sedangkan kita …”
Jadi, apakah benar yang demikian itu ?
Mari kita lihat bagaimana Islam menjelaskannya.
Ada beberapa hal yang perlu kita sadari tentang kekuasaan
Allah. Hal ini sangat penting untuk diketahui meskipun ini merupakan materi
dasar dari keber-Islaman kita.
Pertama, kita harus mengetahui bahwa Allah Tuhan kita. Allah memiliki 99 sifat
yang mulia. Beberapa diantaranya adalah Allah Maha Melihat, Mendengar,
Mengetahui, Adil, Memuliakan, Menetapkan, Menghargai, Pemberi Balasan, Berkuasa
dan seteterusnya.
“ Untuk apa mengetahui hal ini ?”
Supaya kita sadar, bahwa yang memiliki kuasa dalam menentukan
kebaikan atau bukan adalah Allah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Kedua, Islam adalah agama yang menjadi rahmat bagi semesta alam. Dalam semesta
alam ini terdapat kehidupan. Salah satu yang menjalani kehidupan ini adalah
manusia. Manusia memiliki tugas mulia di dunia. Tugas ini juga merupakan bagian
dari proses kehidupan manusia. Jadi, tidak mungkin kebaikan hanya terbatas pada
hal yang sempit. Jika demikian, maka Islam gagal menjadi rahmat bagi semesta
alam. Akan tetapi Islam tidak mungkin salah. Hal ini telah diterangkan dengan
jelas dalam Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah Saw.
Ketiga, bagian ini adalah bagian inti yang ingin kita ketahui pada pembahasan
ini. Seperti apakah Islam menjawab anggapan
bahwa kebaikan itu sulit dilakukan.
Kita simak secara seksama firman Allah Swt., dan Hadits
Rasulullah Saw., berikut ini,
“…Dan apa
saja kebaikan yang kamu lakukan, maka sesungguhnya, Allah Maha Mengetahuinya.”
(QS. Al-Baqarah: 215)
“…Dan apa yang kamu kerjakan berupa
kebaikan niscaya Allah mengetahinya…” (QS. Al-Baqarah: 197)
“Barangsiapa
yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya.” (QS. Az-Zalzalah: 7)
Rasulullah menjawab, ‘Beriman kepada
Allah dan jihad fi sabilillah.’
Aku bertanya, ‘Budak manakah yang
paling baik ?’
Rasulullah menjawab, ‘Yang paling
disenangi majikannya dan yang paling mahal harganya.’
Aku berkata, ‘Jika aku tidak bisa
melakukannya ?’
Rasulullah menjawab, ‘Kamu bisa
menolong orang yang membuat sesuatu atau membuatkan sesuatu untuk orang yang
tidak bisa membuatnya.’
Aku berkata, ‘Ya Rasulullah, apa
pendapat engkau jika aku tidak bisa melakukan sebagian amal yang engkau
sabdakan itu. ?’
Rasulullah bersabda, ‘Jangan berbuat
jahat kepada orang lain karena yang demikian itu adalah shadaqah untuk dirimu.’
“ (Muttafaq ‘alaih)
Pelajaran-pelajaran
Hadits :
1.
Rasulullah menganjurkan umatnya untuk
berjihad di jalan Allah dan menginfakkan harta yang paling dicintai, karena
besarnya pahala disesuaikan dengan besarnya pengorbanan dan kesulitan.
2.
Beliau juga menganjurkan umatnya agar
membantu meringankan beban orang lain.
3.
Tidak menyakiti orang lain tidak
lebih sedikit pahalanya dibandingkan dengan shadaqah.
4.
Melalui haditsnya, Nabi saw.
menegaskan bahwa Islam menghapus perbudakan.
Pelajaran-pelajaran
hadits :
1.
Hadits tersebut mengandung ajaran
untuk banyak bershadaqah sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah atas
kesehatan dan berbagai nikmat yang diberikan. Jika tidak mampu melakukannya
dalam bentuk amal yang nyata, beliau menyatakan bahwa semua itu dapat disyukuri
dengan lisan, yakni dengan memperbanyak zikir.
2.
Beliau juga menyampaikan keutamaan
berdzikir dengan zikir-zikir yang disebutkan dalam hadits ini.
3.
Shalat dhuha memiliki keutamaan
dilakukan minimal dua rakaat atau paling banyak delapan rakaat.
4.
Shadaqah bagi mereka yang mampu tetap
memiliki keistimewaan tersendiri karena bermanfaat bagi orang lain.
5.
Orang yang terbaik adalah orang yang
mampu berinfak, senantiasa berdzikir, dan melakukan ibadah-ibadah sunah.
Demikianlah beberapa penjelasan tentang tidak sempitnya makna
kebaikan sehingga membuat kita menjadi kehilangan celah untuk melakukanya.
Apabila memiliki kelapangan, melakukan kebaikan yang besar
akan memiliki keistimewaan sendiri. Sedangkan, bagi kita yang tidak memiliki
kelapangan, kita tetap bisa melakukan kebaikan. Pahala kebaikan hanya Allah
yang mengetahui seberapa sempurna balasan yang akan diperoleh.
Oleh karena itu, lakukanlah kebaikan. Karena ada banyak jalan
menuju kebaikan.
#Wallahu a’lam bish-shawab
Baca juga Tugas
Manusia di Dunia.
Download E-Book DISINI
Komentar
Posting Komentar